Menyajikan Berita Akurat, Aktual dan Anti Hoax 418 Tahun Kota Makassar, Dari Perayaan Meriah ke Cerita Luka Warga - SNIPER JURNALIS
News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

418 Tahun Kota Makassar, Dari Perayaan Meriah ke Cerita Luka Warga

418 Tahun Kota Makassar, Dari Perayaan Meriah ke Cerita Luka Warga

Makassar, Sniperjurnalis.com
Ironi menyesakkan kembali terjadi di Kota Daeng. Menjelang HUT ke-418 Kota Makassar, warga bukan disuguhi pesta rakyat, tapi perang kelompok di area pekuburan.

Ya, kuburan, tempat orang mati, kini jadi saksi hidup betapa nalar manusia masih dikubur bersama akal sehatnya.

Bentrok pecah di Pekuburan Beroanging, Kecamatan Tallo, Kamis dini hari (6/11/2025). Dua kelompok warga, Kampung Sapiria dan Kampung Borta, saling serang menggunakan batu, busur, hingga petasan.

Percikan api bahkan sempat menimbulkan kebakaran kecil di permukiman padat. Warga panik, anak-anak menjerit, dan malam berubah jadi panggung horor.

“Setiap malam kami dihantui bunyi ledakan dan panah yang melesat di udara. Anak-anak takut keluar rumah. Polisi harus tegas!” ujar Abd Rahman Ocha, warga Tallo, dengan nada getir.

Kado Pahit” untuk Kota Ulang Tahun

Humas PJI Sulsel, Zhoel SB, menyebut maraknya perang kelompok ini sebagai “kado pahit” menjelang ulang tahun Makassar.
Menurutnya, situasi yang terus berulang menandakan lemahnya sistem keamanan di akar masyarakat.

“Ini pekerjaan rumah besar bagi Kapolda Sulsel Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro yang baru dilantik. Ini soal citra dan kenyamanan warga Makassar,” tegas Zhoel.

Bukan Satu, Tapi Banyak Titik Api

Selain di Beroanging, bentrok serupa juga masih terjadi di Lembo, Layang, dan Rappokalling.
Makassar seakan punya jadwal tetap untuk perang kelompok — seolah aparat hanya jadi penonton tetap di tayangan yang tak kunjung tamat.

PJI Sulsel pun mendesak Kapolda untuk mengevaluasi kinerja Kapolrestabes Makassar.

“Kalau bentrok terjadi di titik yang sama berulang-ulang, berarti ada yang tidak berjalan efektif dalam penegakan hukum,” tegas Humas PJI Sulsel.

Ulang tahun seharusnya dirayakan dengan doa, bukan dengan busur.
Makassar seharusnya jadi kota yang menebar damai, bukan api.

Jangan biarkan “kado pahit” ini jadi warisan tahunan.
Karena kota yang besar bukan diukur dari umurnya

Negeri ini tak butuh banyak pidato, cukup satu tindakan nyata yang menenangkan rakyatnya.

Jangan biarkan busur dan batu jadi bahasa komunikasi antarwarga, sementara hukum hanya diam di pos ronda.

Pemerintah dan aparat, turunlah bukan karena sorotan kamera, tapi karena panggilan nurani.
Sebab yang rakyat inginkan bukan janji aman — tapi rasa aman yang benar-benar hidup di tiap lorong Makassar.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar